Inisiasi Pembentukan Pusat Unggulan Perubahan Iklim Indonesia Bidang Kesehatan melalui Kolaborasi Jejaring Perguruan Tinggi – SERI 1 : Isu Global, Nasional, dan Lokal terkait Perubahan Iklim dan Dampaknya”

Inisiasi Pembentukan Pusat Unggulan Perubahan Iklim Indonesia Bidang Kesehatan melalui Kolaborasi Jejaring Perguruan Tinggi – SERI 1 : Isu Global, Nasional, dan Lokal terkait Perubahan Iklim dan Dampaknya”

The Intergovernmental Panel on Climate Change – Sixth Assessment Report (IPCC AR 6) memproyeksikan akan terjadi peningkatan suhu global pada tahun 2100 berdasarkan berbagai skenario emisi gas rumah kaca. Hasil permodelan iklim global tersebut menunjukkan rentang potensi peningkatan suhu relatif terhadap tingkat pra-industri (1850-1900) dari skenario emisi yang sangat rendah di mana suhu diperkirakan meningkat sebesar 1,0°C hingga 1,8°C, skenario emisi menengah (SSP2-4.5) di mana suhu diperkirakan meningkat sebesar 2,1°C hingga 3,5°C, dan skenario emisi yang sangat tinggi di mana suhu diperkirakan meningkat sebesar 3,3°C hingga 5,7°C (Synthesis Report of IPCC AR 6, 2023).

Kenaikan rata-rata suhu permukaan bumi saat ini telah mencapai 1,1°C dibanding era pra-industri, yang kemudian berdampak pada kenaikan tinggi muka laut global, kenaikan frekuensi kejadian ekstrem dan juga perubahan intensitas curah hujan, yang terobservasi menimbulkan dampak pada berbagai sektor diantaranya pangan, air, ekosistem, perkotaan dan kesehatan (Synthesis Report of IPCC AR 6, 2023).

Di bidang kesehatan, kenaikan suhu permukaan bumi pada berbagai skenario Global Climate Model dapat meningkatkan risiko pada berbagai penyakit yang sensitif iklim, dengan skala dampak yang tergantung pada tingkat emisi dan adaptation pathways yang dipilih pada dekade mendatang (IPCC-AR6 Working Group II, 2022). Beberapa dampak perubahan iklim terhadap bidang kesehatan yang dilaporkan dalam IPCC-AR6 meliputi: peningkatan risiko penyakit akibat peningkatan kejadian ekstrim (suhu, curah hujan, kenaikan muka air laut, penurunan kualitas udara), peningkatan tingkat kematian dan morbiditas akibat penyakit sensitif iklim tersebut, timbulnya gangguan kesejahteraan khususnya pada kelompok masyarakat rentan (wanita, anak-anak, lansia, dan individu berpenghasilan rendah), serta peningkatan risiko kesehatan mental.

Dalam menghadapi tantangan ini, terdapat urgensi untuk melaksanakan adaptasi perubahan iklim bidang meliputi serangkaian strategi dan tindakan preventif yang bertujuan untuk mengurangi kerentanan sistem terhadap dampak perubahan iklim dan peningkatan ketahanan. Dalam upaya untuk melakukan peningkatan ketahanan dalam sistem kesehatan, diperlukan peningkatan kolaborasi dari para pihak terkait seperti pemerintah, sumber daya manusia bidang kesehatan, dan juga akademisi dan peneliti.

Akademisi dan peneliti memiliki peran penting dan strategis dalam mengatasi dampak pada sektor kesehatan akibat perubahan iklim, diantaranya melalui penelitian, pendidikan, pelibatan publik, dan kolaborasi antar disiplin ilmu dan teknologi. Akademisi dan peneliti dapat meningkatkan pemahaman terhadap pengaruh perubahan iklim pada kondisi kesehatan kronis, nutrisi, ketahanan pangan, dan prevalensi penyakit,  serta  mengembangkan strategi adaptasi yang dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan kesehatan masyarakat yang bersifat preventif, promotif, dan transformatif. Akademisi dan peneliti juga dapat berperan dalam melakukan  advokasi untuk meningkatkan ketahanan komunitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim pada kesehatan.

Dalam kegiatan Webinar Seri-1 yang telah diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 7 Agustus 2024 bertema “Isu Global, Nasional, dan Lokal terkait Perubahan Iklim di Bidang Kesehatan” berhasil memberikan wawasan dan kesadaran yang mendalam mengenai dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. Acara ini menyoroti berbagai upaya adaptasi yang telah dilakukan oleh institusi di tingkat global, nasional, dan lokal. Selain itu, webinar ini menekankan pentingnya pembentukan jejaring universitas serta kolaborasi antara berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas SDM Kesehatan dan Mitra Kesehatan di tingkat pusat dan daerah. Diskusi juga melibatkan berbagi informasi mengenai potensi perguruan tinggi yang memiliki dasar-dasar perubahan iklim dalam bidang kesehatan. Materi yang dibahas mencakup urgensi pembentukan jejaring universitas sesuai dengan Permenkes Nomor 2 Tahun 2023, isu global dan nasional terkait kesehatan serta perubahan iklim, serta pentingnya pendidikan dan penelitian dalam bidang ini. Webinar ini juga mengulas pembangunan berketahanan iklim di bidang kesehatan serta integrasi isu kesehatan dan perubahan iklim dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia dan program kampung iklim. Hasil dari acara ini menunjukkan peningkatan pemahaman dan kesadaran tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya adaptasi melalui kolaborasi dan informasi akademik.

Diterbitkan